Kilas Cerita 02: Tauhid, Akar Kuat Hijrah Penuh Tantangan
Allah
Subhanahu wa ta’ala berfirman, yang artinya:
“Dan jangan (pula) engkau sembah Tuhan yang lain selain Allah. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Segala keputusan menjadi wewenang-Nya, dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan.” (Q.S Al-Qasas: 88)
Ayat terakhir dalam surah ke-28 dalam Al-Qur’an
tersebut, sudah cukup mengingatkan kita, bahwa hanya Allah Subhanahu wa ta’ala
Tuhan yang berhak di sembah. Inilah yang menjadi fokus utama dalam ilmu Tauhid.
Pada Sabtu, (13/01) kemarin, Alhamdulillah saya
diberi kesempatan untuk mengikuti kajian online yang diadakan oleh Deen Academy
dan Podcast Akhwat. Tema yang dibahas pada pertemuan singkat ini adalah “Tauhid
Kunci Kekuatan Ketika Hijrah Penuh Rintangan.”
Penyelenggara menamai kajian ini dengan sebutan, OBRAS (Obrolan Muslimah). Layaknya sebuah obrolan, kajian berlangsung dengan
suasana yang santai dan bersahabat. Ustadzah Siwi Ummu Nabilah menjadi guru
dalam kajian ini dan ditemani dua pemandu, yakni kak Intan dan Kak Ika. Kajian
online diselenggarakan melalui Youtube Live dan Zoom.
Ini adalah kali kedua saya mengikuti short course
dari Deen Academy. Kesempatan kedua ini membuat saya semakin paham, bahwa hidup di
dunia adalah tempat kita belajar, salah satunya belajar mengenal Allah lebih
baik. Hal ini bisa kita dapatkan dengan memperdalam ilmu tauhid.
Tauhid menjadi bagian dari akidah yang khusus
membahas hubungan kita sebagai hamba dengan Sang Pencipta, Allah Subhanahu wa
ta’ala. Ketika kita berhasil mempelajari tauhid dengan baik, maka kita mengenal
seluruh sifat-sifat mulia yang dimiliki Allah. Dengan begitu, kita tidak mudah
menyerah dan putus asa ketika melangkah di jalan hijrah.
Hijrah, berarti berpindah dari hal buruk kepada hal yang lebih baik, karena Allah Subhanahu wa ta'ala. Karena itu pula, hijrah menjadi salah satu cara kita untuk mendekatkan diri kepada Allah. Mengesakan Allah dalam segala ibadah kita adalah pembahasan mendalam yang terus diingatkan lewat ilmu tauhid. Sehingga, tauhid menjadi akar kuat untuk memperkokoh jalan hijrah kita.
Ilmu tauhid mengajarkan kita untuk mengesakan Allah, baik secara Rububiyyah, Uluhiyyah maupun Asma’ wa sifat. Lalu, apa yang dimaksud dengan masing-masing tauhid tersebut?
- Tauhid Rububiyyah, berarti mengesakan Allah berdasarkan perbuatan-perbuatan-Nya. Contohnya, kita mengesakan Allah sebagai pencipta, pemberi rezeki dan sebagainya.
- Tauhid Uluhiyyah, berarti mengesakan Allah pada perbuatan hamba, contohnya kita berdoa, memohon ampun dan pertolongan hanya kepada Allah.
- Tauhid Asma’ wa sifat, berarti mengesakan Allah berdasarkan sifat-sifat dan nama-nama mulia-Nya. Dan kita tidak boleh memberikan nama tersebut pada selain Allah.
Akan tetapi, ada kalanya ketika kita memutuskan untuk berubah menjadi lebih baik, berniat untuk terus berlari menuju Allah, kita akan selalu menemukan penghalang. Kita bisa saja terjatuh pada dosa yang sama. Lalu, merasa gagal dan berputus asa.
Namun, tahukah teman, rasa sakit, kecewa dan lelah itu, merupakan bunga yang menghiasi jalan hijrah kita. Karena itulah yang menjadi tugas setan, membisikkan kejahatan, rasa ragu, pesimis, sedih dan kegagalan di hati kita.
Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya:
"Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang terus menerus), lelah, kekhawatiran, kesedihan dan kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti, sampai duri yang menusuknya, melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya"
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dari Rasulullah kita bisa belajar, bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan kita dalam keadaan apapun. Pemahaman inilah yang bisa kita dapatkan dengan memperdalam ilmu tauhid. Ketika kita sudah mengenal Allah dengan baik, maka kita tidak akan pernah ragu dan takut kehilangan apapun dalam proses hijrah tersebut. Saat jatuh, kita akan terus berusaha bangkit dan terus berjalan.
Sayangnya, istiqomah atau konsisten itu juga sulit dijaga, ya. Saya pun selalu merasakan hal itu. Sebab, hati kita mudah terbolak-balik. Niat kita mudah goyah, dan meluruskan niat adalah perkara yang paling sulit. Meski begitu, jangan pernah berpikir untuk menyerah. Kita harus terus berdoa, meminta pada pemilik hati untuk terus melunakkan hati kita, agar senantiasa berjalan di atas agama-Nya.
Semoga kita selalu diberi nikmat iman itu, ya, hingga
dapat menemui-Nya dengan wajah berseri.
Aamiin Allahumma Aamiin
Komentar
Posting Komentar